ASYIKNYA STULAP BERSAMA KELAS XI

ASYIKNYA STULAP BERSAMA KELAS XI

Senin, 27 Maret 2017, seluruh siswa kelas XI SMA Sedes Sapientiae Bedono melaksanakan studi lapangan yang diselenggrakan oleh sekolah. Studi lapangan (stulap) ini merupakan pembelajaran di luar kelas yang berkaitan dengan beberapa mata pelajaran tertentu. Stulap ini diselenggarakan setiap tahun baik untuk para siswa kelas X maupun kelas XI dengan lokasi pembelajaran yang berbeda. 

Semesta Mengajari Aku Hidup

Semesta Mengajari Aku Hidup

Jumat, 7 April 2017 seluruh siswa kelas XI SMA Sedes Sapientiae Bedono mengikuti live in
, program tahunan yang diselenggarakan oleh sekolah.Lokasi penerjunan live in meliputi Desa Kemiri, Desa Pakisan, Desa Porot, Desa Banyu Urip, Desa Blantir, Desa Kedungwangan, Desa Gambang Waluh, Desa Bonsari, Desa Pancuran, Desa Gedhong, Desa Bejalen, dan Desa Ngrancah. Masing-masing desa ditempati oleh satu rombongan yang terdiri dari 7 – 15 siswa. Setiap keluarga hanya akan menerima satu siswa peserta live in. Setiap kelompok dalam satu desa didampingi oleh tim pendamping lapangan

Studi Lapangan Kelas X ke Solo dan Yogjakarta

Studi Lapangan Kelas X ke Solo dan Yogjakarta

Senin, 27 Maret 2017 – Sebagai kegiatan pasca-UTS (Ujian Tengah Semester), SMA Sedes Sapientiae Bedono mengadakan kegiatan pembelajaran di luar lingkungan sekolah atau biasa disebut Studi Lapangan (stulap). Pada tahun ini, kota Solo dan Jogjakarta dipilih sebagai destinasi kegiatan studi lapangan. Sebelumnya, siswa sudah berkumpul di sekolah pada pukul 06.00 WIB untuk mendapatkan pengarahan dari panitia tentang tata tertib sekaligus pembagian tugas di dalam kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Rombongan yang dibagi dalam tiga bus berangkat dari sekolah  pukul 07.00 WIB langsung menuju tujuan pertama, yaitu Museum Sangiran. Sekolah memilih museum ini sebagai sarana pembelajaran dalam bidang studi Sejarah dan Geografi. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam, rombongan pun tiba di Sangiran, namun karena ada kekeliruan komunikasi antara pihak biro dengan pihak museum maka tujuan pun dialihkan ke Pura Mangkunegara yang ada di Solo. Salah satu Keraton utama di Solo ini dipilih karena kaya akan cerita sejarahnya. Disana seluruh peserta stulap dapat melihat senjata, gamelan, perhiasan dari Pakubuwono IX. Banyak nilai sejarah yang  dapat dipetik dari kunjungan ini. Guide dari keraton memberikan penjelasan yang menarik dan menyenangkan. Seluruh siswa antusias mendengarkan kata demi kata, kaimat demi kalimat yang menerangkan tentang sejarah keraton dan peninggalan-peninggalan kerajaan. 

KU BERLARI, KU KEJAR EMASKU

KU BERLARI, KU KEJAR EMASKU

Pagi yang begitu cerah, tak ada noda hitam yang menggumpal. Beberapa siswa bersiap dengan semangatnya berlarian memburu waktu. Sebagian lagi duduk di emperan kelas sambil membuka-buka lembaran bukunya. Memang hari itu, siswa-siswi baru menghadapi UTS (Ulangan Tengah Semester). Sedangkan di sisi depan, di hall sekolah beberapa siswa harus meregangkan kaki-kakinya untuk bertarung di medan pertandingan.

1  ...  53  54  55  56  57  ... 110

KU BERLARI, KU KEJAR EMASKU

23 March 2017

KU BERLARI, KU KEJAR EMASKU
Pagi yang begitu cerah, tak ada noda hitam yang menggumpal. Beberapa siswa bersiap dengan semangatnya berlarian memburu waktu. Sebagian lagi duduk di emperan kelas sambil membuka-buka lembaran bukunya. Memang hari itu, siswa-siswi baru menghadapi UTS (Ulangan Tengah Semester). Sedangkan di sisi depan, di hall sekolah beberapa siswa harus meregangkan kaki-kakinya untuk bertarung di medan pertandingan.
Ya, Selasa (21/3) sekitar 10 anak pagi itu diberangkatkan ke stadion Wujil, Ungaran untuk mengikuti POPDA yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga. Mereka diberangkatkan sekitar pukul 07.00 WIB, karena pertandingan akan dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 45 menit dari sekolah hingga stadion Wujil. Sesampainya di sana mereka mulai mempersiapkan diri, mulai dari daftar ulang hingga melakukan pemanasan. Mengingat yang akan dipertandingkan adalah cabang atletik, yaitu lari, lompat jauh, tolak peluru, dan lempar lembing.
Untuk lari terbagi menjadi beberapa kriteria, lari 100 meter pa dan pi, yang diwakili oleh Wiyago Hugo (XI IPS 1) dan Sekar Arum (X2); lari 800 meter pa dan pi, yang diwakili oleh Charles Frederick (X1) dan Dominica Devi (XI IPS 1); dan lari 1500 meter pa dan pi yang diwakili oleh Veronica Johanna Boedianto (XI IPS 2) dan Agrin Aryaduta (X2). Kemudian untuk lompat jauh di wakili oleh Wiyago Hugo (XI IPS 1). Lalu tolak peluru pa dan pi diwakili oleh Yohanes Wicaksono Adi (XI IPS 1) dan Stevany Sekarningtyas (X3). Sedangkan lempar lembing pa dan pi diwakili oleh Rovan Gibranto (X3) dan Apritania (XI IPS 3).
Menurut Pak Tunggul sebagai pelatih sekaligus pendamping pertandingan ini, persiapan yang dilakukan oleh anak-anak sangat pendek. Namun anak-anak berjuang begitu keras meski cuaca saat latihan juga kurang mendukung. “Kadang mereka harus hujan-hujan. Kan saat ini anak-anak juga baru menghadapi UTS juga.”, Sambungnya. “Anak-anak sangat bersemangat meski latihannya hanya di area sekolah naik-turun tangga sekolah, karena kalau harus ke lapangan jauh dan cuaca juga hujan!”, Lanjut Pak Tunggul, menanggapi obrolan saya kemarin. Obrolan yang begitu seru terus berlanjut. Kali ini Pak Tunggul mengungkapkan rasa salutnya terhadap perjuangan anak-anak. Sambil terpotong pembicaraannya karena menawarkan “wedang ronde” pada saya. Sambil basa-basi sedikit, “Sudah Pak! Ndak usah, wong cuma mau ngobrol-ngobrol sebentar saja kok!”, sahut ku. Lalu Beliau melanjutkan kembali cerita kesan harunya pada anak-anak yang perjuangannya ekstra maksimal. Hingga akhirnya salah satu dari 10 anak yang dibawa bisa membawa pulang medali emas. Berikut medali yang diperoleh anak-anak Sedes dalam pertandingan POPDA kemarin, Selasa (21/3):
  1. Medali emas untuk lari 1500 meter putri: Veronica Johanna Boedianto (XI IPS 2)
  2. Medali perunggu untuk lari 800 meter putri: Dominica Devi (XI IPS 1)
  3. Medali perunggu untuk lari 100 meter putra: Wiyago Hugo (XI IPS 1)
 
Melihat prestasi anak-anak Sedes ini, Pak Tunggul lalu berharap agar untuk selanjutnya sekolah juga memberikan perhatian tak hanya pada cabang atletik, tapi juga cabang yang lain khususnya berkaitan dengan sarana dan prasarana. Mengingat cabang lain seperti tenis dan bulutangkis Sedes tidak memiliki lapangan. “Ya, tidak hanya olahraga atau pun seni. Tapi potensi-potensi yang lain juga! Intinya semua yang ada di Sedes difasilitasi begitu!”, Tegasnya. “Lalu untuk anak-anak yang lain yang belum mampu menunjukkan prestasinya atau yang gagal dalam pertandingan, agar lebih giat berlatih apa pun itu bidangnya. Karena kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.”, Imbuh Pak Tunggul.
Owh iya hampir saya lupa. Ada lagi cabang lain yang juga menyumbangkan medali untuk sekolah, yaitu:
  1. Medali perunggu untuk cabang renang gaya bebas 50 meter, gaya bebas 100 meter, dan gaya dada 100 meter. Semua gaya diwakili oleh Heber Van Mesipinto Meliala (XI IPS 3)
  2. Medali perunggu untuk cabang Taekwondo: Geoffrey Kerent Olgatino (XI IPS 3)
 
Dari obrolan tadi malam yang berhasil dihimpun oleh tim redaksi web Sedes, selain cabang atletik “KU BERLARI, KU KEJAR EMASKU”. (Nar_SS)


Back to Top