Merajut Budaya Bersama Warga Gereja
06 September 2023

Pentas Budaya dalam rangka Lustrum ke-3 Paroki Thomas Rasul Bedono ini menjadi acara yang sangat dinantikan oleh masyarakat sekitar. Acara pentas budaya merupakan bagian dari rangkaian perayaan untuk merayakan 15 tahun berdirinya Paroki Thomas Rasul Bedono.
SMA Sedes Sapientiae Bedono sebagai Lembaga Pendidikan yang dekat dengan kegerejaan turut berkontribusi memeriahkan acara ini. Sebagai sekolah Katolik, SMA Sedes Bedono bukan hanya dikenal dengan prestasi akademik saja namun juga keragaman budayanya. Melalui Orkestra dan Paduan suara, SMA Sedes turut terlibat dalam pementasan gelar budaya Sendra Tari, berkolaborasi dengan kelompok gamelan OMK. Para siswa yang bergabung dalam Orkestra dan Paduan suara SS Lauda berlatih keras demi memberikan penampilan terbaik mereka dalam pentas budaya ini.
Pentas Budaya Lustrum ke-3 Paroki Thomas Rasul Bedono dalam bentuk Sendra Tari ini menampilkan berbagai atraksi tarian daerah, musik tradisional, dan Orkestra yang diramu menjadi satu kesatuan yang indah. Acara ini dihadiri oleh Bapak Camat Jambu, Bapak Kepala Desa Bedono, para pemuka agama yang lain serta ratusan warga paroki dan penduduk sekitar yang datang untuk merayakan dan menghargai keberagaman budaya yang ada di daerah ini.
Pentas Budaya ini berhasil menciptakan suasana kegembiraan dan kebersamaan di antara warga paroki dan masyarakat Bedono. Semoga acara seperti ini terus menjadi sarana untuk memperkuat ikatan antarwarga dan mempromosikan kekayaan budaya lokal yang harus selalu dilestarikan.

Sebuah perayaan ganda yang sarat makna dan sukacita digelar dalam rangka memperingati Pesta St. Fransiskus Assisi. Suasananya yang begitu khidmat bercampur haru dan gembira menyelimuti perayaan Pesta St. Fransiskus Assisi yang diselenggarakan dalam bingkai tema liturgi Missa pro custodia creationis (Misa untuk Pemeliharaan Ciptaan).
Angin malam menyapu dahan dan ranting-ranting meniupkan persahabatan. Menambah beku menusuk dinding-dinding kain sintetis yang mulai mengembun. Empat hari tiga malam aku bergelut dengan alam yang penuh makna. Ada kebersamaan, persaudaraan, dan pelajaran hidup yang menguatkan.
Langit pagi itu begitu cerah. Namun angin di Selatan menggelayut awan. Aku pikir hari akan hujan di Jogja. Untungnya, hanya gerimis yang mengiringi langkah kami di sela-sela perjalanan refleksi ini. Tentunya, dalam perjalanan ini ada kebersamaan dan keakraban yang kami pungut.
Udara pagi begitu sejuk. Daun-daun kelapa melambaikan jemarinya dari tunas-tunas baru. Tunas-tunas kelapa tak pernah punah untuk bangsa ini. Menjadi inti dari kelangsungan hidup bangsa ini.

