FA Cup: Memupuk Tali Persaudaraan Sedesian
06 October 2023
Dalam amanat upacara, Bapak Alluisius Prananta, menceritakan pengalamannya terkait dengan bagaimana seharusnya kita menghargai setiap langkah kecil sebagai bentuk kita membela Negara. Pak Aloy menceritakan pengalamannya dulu waktu sekolah menggunakan topi secara terbalik. Tentu dari hal yang sekecil itu, hanya masalah menggunakan topi yang kurang benar menjadi kurang pas jika dilihat dari upaya kita menghargai jasa para pahlawan. Setiap langkah kecil yang kita lakukan seharusnya menjadi cerminan kita sebagai warga Negara yang berupaya menghargai setiap jiwa dan raga yang mereka pertaruhkan untuk kemerdekaan bangsa.
Gelora dan semangat untuk menjalankan hari pun sudah terkumpul kembali mendengar pengalaman mengesankan dari Bapak Alluisius Prananta. Tepat setelah barisan dibubarkan, para siswa/siswi pun diperkenankan untuk memasuki kelas untuk dapat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung tak seperti hari hari biasanya dengan satu jam pelajaran memiliki waktu sebanyak 45 menit. Dalam hari yang special kali ini, dalam satu jam pelajaran hanya mempunyai waktu sekitar 20 menit. Sehingga, pada pukul 10.05 kegiatan belajar/mengajar telah selesai dilaksanakan. Pembelajaran dipotong dan diselesaikan lebih awal pun bukan tanpa alasan. Hal tersebut dilaksakan untuk mendukung peringatan pesta Santo Frasiskus Assisi. Peringatan ini diadakan dengan mengadakan kegiatan Fransiskus Assisi Cup atau yang sering disebut dengan FA Cup.
Pada hari pertama penyelenggaraan FA Cup kali ini, mempertandingkan lomba voli laki-laki dari setiap angkatan. Sorakan riuh setiap angkatan untuk dapat membakar semangat dari para siswa yang sedang bertanding di lapangan pun terdengar sangat lantang dan bersemangat. Dengan diawali pertandingan dari angkatan 34 (Hugo) dan angkatan ke 35 (Isodorus), para pendukung dengan gemuruh menyuarakan setiap yel-yel yang sudah disepakati untuk dapat menyemangati para peserta pertandingan lomba voli. Tak henti-hentinya sorakan silih berganti dengan semangat dari para pendukung yang tersebar di sekitar tribun asrama putra. Setelah setiap pukulan bola, pergantian pemain, sorakan dukungan, hingga kata kecewa yang keluar dari teriakan para pendukung masing-masing angkatan, angkatan 34 pun berhasil mencetak poin yang lebih unggul dari angkatan 35.
Tanpa diberi waktu istirahat, pertandingan pun dilanjutkan dengan angkatan 33 (Hieronimus) dan angkatan 35 (Isodorus) yang menunjukkan masing masing taring mereka dalam lomba voli ini. Babak yang cukup menegangkan, mengingat babak ini mempertandingkan kelas 12 dan kelas 10. Tak kalah dengan babak sebelumnya, masing masing pendukung yang bersinggah sesuai angkatannya melantunkan setiap yel-yel yang membakar semangat dari para peserta dari tribun. Silih berganti sorakan masing-masing angkatan berhasil memenuhi lapangan pada siang yang terik itu. Sama halnya seperti pertanddingan pada babak sebelumnya, angkatan 33 berhasil mencetak poin yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan angkatan 35.
Babak menengangkan pun akhirnya dimulai. Dengan mempertaruhkan angkatan 34 (Hugo) dan angkatan 35 (Hieronimus), pertandingan pun berjalan dengan sengit. Tak henti hentinya setiap yel yel disorakkan dengan penuh semangat dan terikan paling kencang yang bisa dilakukan. Setiap cetakan poin yang tak lepas dari gemuruh penonton dan pendukung yang menguasai selasar asrama putera kala itu. Greget akan setiap lemparan meleset yang dilakukan oleh angkatan 34 sudah menjadi teriakan yang biasa didengar. Dimana bola dipegang dan dilempar yang tak lepas dari pandangan penonton dan reaksi yang bermacam macam dari berbagai angkatan pula. Prediksi yang keluar dari sorakan para pendukung pun benar adanya. Angkatan 33 akhirnya memenangkan pertandingan bola voli hari ini. Namun, seperti yel-yel yang dirapalkan semua angkatan, menang, kalah, seri, sudah biasa.